Gelagat Gadis Asal Jember Sebelum Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Minta Dipeluk Selama Seminggu
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang gadis asal Jember, Jawa Timur, turut menjadi korban tewas atas tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Adalah Faiqotul Hikmah (22), satu di antara warga Jember yang ikut menjadi korban Tragedi Kanjuruhan Malang.
Sebelum meninggal, Faiqotul Hikmah menunjukkan gelagat tak biasa seminggu belakangan, menurut sang ibu.
Sofia, ibu Faiqotul Hikmah menangis tergugu di teras rumahnya di Jalan MH Thamrin Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari, setelah jenazah putri bungsunya itu dimakamkan.
Tetapi tidak pernah terbersit dalam pikiran Sofia, bahwa Faiq bakal kembali ke pelukannya dalam kondisi meninggal dunia setelah menonton pertandingan sepak bola.
Nurlaila, kakak pertama Faiq menuturkan, Faiq merupakan bungsu di keluarga tersebut.
Perempuan muda itu sehari-hari bekerja di sebuah pabrik pengolahan edamame di Jember
Sebagai bungsu yang masih belum menikah di keluarga tersebut, sehari-hari Faiq memang manja kepada sang ibu.
Namun keluarganya, terutama sang ibu tidak menduga, jika manjanya Faiq selama sepekan terakhir ternyata bak firasat dan berujung duka.
"Seminggu terakhir ini, ia selalu tidur bareng ibu. Minta tidur bareng (dikeloni) ibu. Meski manja, ia biasanya tidur sendiri. Namun sepekan terakhir ia selalu tidur bareng ibu di depan kamarnya," tutur Laila.
Beberapa hari terakhir, Faiq juga lebih banyak bergurau dengan orang tua dan saudaranya.
"Anaknya ceria, beberapa hari terakhir ini banyak bergurau," lanjutnya.
Faiq tinggal bersama sang ibu dan keluarga Laila di rumah mereka.
Sebab hanya Faiq yang belum menikah dari lima bersaudara.
Laila mengakui, adiknya merupakan suporter Arema FC dan kerap menonton laga Arema FC di Kanjuruhan.
Seperti yang terjadi Sabtu (1/10/2022), keluarga juga mengizinkan Faiq menonton bersama sahabatnya, Abdul Mukid.
Keduanya berteman baik, dan selalu berangkat dan pulang dalam kondisi selamat dan baik-baik saja.
Karenanya, ketika Mukid menjemput Faiq, keluarga tidak keberatan.
Sampai akhirnya, malam seusai pertandingan, kabar duka itu datang.
Keluarga tersebut hanya bisa mengikhlaskan Faiq, meskipun harus dengan isak tangis saat menyambut kepulangan jenazah Faiq.
Meninggalnya Faiq tidak hanya menyisakan sedih bagi keluarganya, namun juga bagi Mukid.
Seusai pemakaman, Mukid terlihat terdiam dan bersedih di rumah duka.
Hari itu, Mukid menjemput Faiq di rumahnya dengan mengendarai sepeda motor.
Keduanya berboncengan, kemudian berbarengan dengan suporter Arema FC yang lain dari Jember.
Ada 14 sepeda motor di rombongan mereka.
Ketika kerusuhan terjadi, Mukid nekat mencari sang teman.
Perlu waktu 1,5 jam untuk bisa menemukan Faiq.
Saat ditemukan, Faiq sudah meninggal dunia.
"Faiq sudah di gedung tempat mengumpulkan jenazah itu, sudah ditutupi kain. Sudah meninggal dunia," ujarnya.
Mukid bersedih dan kecewa pada dirinya, karena tidak bisa membarengi sampai ke dalam stadion.
Mukid terkendala dengan tiket masuk.
Karena tidak punya tiket masuk, selama pertandingan, ia hanya menyaksikan dari luar stadion.
Sedangkan Faiq dan tiga orang temannya bisa masuk.
Ketika suasana terasa memanas, Mukid akhirnya nekat mencari tiket di calo untuk bisa masuk ke dalam stadion.
Tidak lama setelah dia masuk, situasi dalam stadion tidak terkendalikan.
Gas air mata memedihkan mata, dan menyesakkan jalan nafas. Ia tidak peduli, tujuannya satu menemukan sang teman.
"Setelah 1,5 jam baru ketemu, sekitar pukul 23.30 Wib," ujarnya lirih.
Mukid pun masih meneruskan tanggungjawabnya sebagai teman, ia menemani jenazah Faiq sampai ke rumah duka.
Ia memilih naik ambulans, dan meninggalkan sepeda motornya di Malang.