Remaja Jember Tak Kunjung Pulang, Ternyata Tewas saat Tragedi Kanjuruhan
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sri Wahyunik
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Beberapa potong pakaian terlihat dijemur di halaman rumah di Jl Mahoni No 9A Lingkungan Lamparan Kelurahan Wirolegi Kecamatan Sumbersari, Minggu (2/10/2022).
Baju yang ada di jemuran itu merupakan baju milik Noval Putra Aulia (19), salah satu korban meninggal dunia dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022).
Noval masih sempat mencuci bajunya sebelum meninggalkan rumah, Jumat (30/9/2022) malam. Remaja yatim piatu tersebut, memang sudah berangkat dari rumah kakaknya itu sejak malam tersebut.
Barulah pada Sabtu (1/10/2022), Noval bersama sesama suporter Arema dari Jember berangkat ke Stadion Kanjuruhan Malang.
Dia tergabung dalam rombongan Faiqotul Hikmah, menyusuri jalur selatan selatan Jember, Lumajang, Malang untuk sampai ke Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Malang.
Sayangnya, kepergian Noval ke Kanjuruhan untuk menonton sepak bola tersebut tidak diketahui oleh kakak sulungnya, Fandi Arif Permana.
Sejak, Noval yatim piatu ketika duduk di pertengahan bangku SMK, Noval akhirnya tinggal bersama kakak sulungnya tersebut di Lamparan, Wirolegi.
Noval hanya memberi tahu kakak nomor empatnya yang berdomisili di Yogyakarta. Kepada kakak perempuannya itu, Noval pamit pergi ke Malang menonton bola.
"Tidak pamit ke saya. Jumat malam itu, saya tahunya dia pergi. Tidak menyangka kalau ke Kanjuruhan," ujar Fandi kepada Surya, Minggu (2/10/2022).
Keluarga hanya tahu, jika remaja yang baru lulus SMK tahun 2022 ini, menginap di rumah temannya di Kelurahan Tegalbesar, Kaliwates, Jember.
Tentu saja, Fandi sangat kaget ketika pada Minggu (2/10/2022) dini hari, adik perempuannya yang ada di Yogya mengabari kalau Noval meninggal dunia di Malang.
Fandi pun langsung mencari tahu ke keluarga besarnya yang berada di Malang perihal nasib adik bungsunya. Sekitar pukul 08.30 Wib, jenazah Noval tiba di rumah duka. Beberapa lebam ditemukan di tubuh remaja tersebut.
"Ya kami tidak menyangka. Kalau pamit, pasti tidak saya kasih izin. Wong dia tidak pernah nonton bola sampai ke Malang. Baru kemarin itu, dia ikut nonton sepak bola, apalagi sampai ke Kanjuruhan," imbuhya.
Tentu saja kepergian Noval membikin kaget keluarganya di Lamparan. Meskipun adik bungsu Fandi, mertua Fandi sudah menganggap Noval anak mereka.
"Sudah seperti anak bagi kami. Manggil saya papa, manggil istri saya ya mama, meski kami berdua ini mertua kakaknya. Dia yatim piatu, jadi ya akhirnya jadi anak kami juga. Bahkan sebelum pergi, masih sempat nyuci baju, itu masih dijemur," ujar Ahmad Sularso, bapak mertua Fandi.
Meski baru pertama menonton bola di Kanjuruhan, Noval bisa disebut Aremania. Darah Aremania diturunkan dari almarhum ayahnya, M Rohim.
Almarhum ayahnya asli orang Kota Malang yang akhirnya menjadi warga Jember. Beberapa orang anaknya menjadi suporter kesebelasan Arema. Termasuk Noval, bungsu dari lima bersaudara di keluarga tersebut.
Sebelum berangkat juga, dia sempat mencari syal Arema yang disimpan oleh istri Sularso. Dia menemukan syal yang digantung oleh sang mama, kemudian membawanya ke Malang. Kedatangan jenazah Noval juga disambut isak tangis oleh keluarga dan warga sekitar.