Pasien di Sukoharjo Meninggal gegara Ambulans Hindari CFD, Panitia Evaluasi

 



Penyelenggara CFD di Gatak, Sukoharjo, akan melakukan evaluasi menyusul adanya pasien meninggal dalam perjalanan gegara ambulans harus memutar menghindari kegiatan itu, Minggu (23/10/2022).

Senin, 24 Oktober 2022 - 00:34 WIB

SUKOHARJO — Tokoh masyarakat yang juga panitia Car Free Day atau CFD Gatak, Sukoharjo, Slamet, menyampaikan permintaan maaf atas kejadian tragis yang dialami pasien atas nama Nur Driyawan, Minggu (23/10/2022).


Nur Driyawan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit lantaran mobil ambulans yang mengangkutnya harus memutar dan mencari jalan alternatif yang lebih jauh guna menghindari CFD Gatak. Slamet memastikan panitia akan mengkaji ulang penyelenggaraan CFD di lokasi itu.

Tujuannya agar kejadian serupa tak terulang lagi ke depannya. “Sudah kami sampaikan kepada panitia, juga penanggung jawab. [Mereka] akan mengkaji ulang supaya tidak terulang lagi. Dari kami juga sudah minta maaf pada yang bersangkutan,” terang Slamet melalui pesan Whatsapp kepada Wartawan, Minggu.


Peristiwa tragis ini sebelumnya viral setelah diunggah akun Instagram @pawartoskartasura, Minggu. Dikisahkan bahwa pasien bernama Nur Driyawan, asal Brante, Trosemi, Gatak, Sukoharjo, meninggal dalam perjalanan saat diangkut ambulans menuju rumah sakit, Minggu (23/10/2022).


Saat itu kondisi Nur Driyawan sudah kritis. Ia diangkut mobil ambulans sukarelawan SABER. Namun karena jalan utama Gatak, Sukoharjo, dipakai untuk CFD, sopir ambulans harus mencari jalan lain yang lebih jauh melewati perkampungan dengan banyak polisi tidur dan padat kendaraan.


“Hidup dan mati adalah takdir, namun kalau kita bisa membantu memperlancar kenapa harus dipersulit. Saat itu kondisi kesadaran pasien menurun, saturasi rendah, beliau meninggal dalam perjalanan. Sampai di RS sudah meninggal. Saat ini sudah dikebumikan,” terang pendiri SABER yang kebetulan mengemudikan ambulans tersebut, Wirawan Setiadi, saat dimintai konfirmasi Wartawan, Minggu (23/10/2022).

Akun Instagram @pawartoskartasura awalnya membagikan informasi permintaan maaf kru sukarelawan SABER atas meninggalnya Nur Driyawan.


Kritik untuk CFD

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, segenap Kru dan sukarelawan SABER turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Nur Driyawan warga Brante, Trosemi, Gatak [pasien emergency yang kami bawa] ke IGD RS. Yarsis. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami sudah berusaha yang terbaik Namun Allah yang memiliki rencana,” terang unggahan foto akun tersebut pada Minggu (23/10/2022).


Dalam unggahan itu, pengelola akun @pawartoskartasura menegaskan tidak bermaksud menyalahkan pihak mana pun terkait pasien yang meninggal dalam perjalanan menggunakan ambulans tersebut.


Mereka hanya meminta pemberlakuan CFD yang menutup jalur utama di depan Kelurahan Purbayan, Baki, Sukoharjo, dikaji ulang. Hal itu mengingat seringnya kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah Gatak dan jalur tersebut merupakan jalur utama menuju RS terdekat yakni RS UNS dan RS Yarsis.


Sementara itu, warganet menyayangkan kejadian itu saat memberikan komentar pada unggahan berita di akun Instagram @koransolopos, Minggu. “Harusnya ambulance tetap diutamakan, karena emergency sekali, berhubungan dengan hidup seseorang. Semoga menjadi pembelajaran, sehingga tidak terjadi lagi, turut berdukacita,” komentar pengguna akun @rinadesynta,


“Sak penting2e acara,mboh kui acara opo wae…mbok tulung ambulance le gowo pasien tetep diprioritaske…masio kui smp nutup dalan,nyowo manungso luwih penting…” timpal warganet dengan akun @junilondho.


Ada juga warganet yang mengkritik perkembangan CFD yang dinilai semakin sedikit manfaatnya. “Semakin hari, saya semakin jelas melihat, manfaat CFD tuh sedikit, gak sebanding dengan banyaknya kerepotan banyak pihak lain yang ditimbulkannya,” tulis pengguna akun @peterfebian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel